Kamis, 29 Maret 2012

apa yg dibutuhkan universitas dari dunia kerja

Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)
Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.
HARDSKILL
Hard skill adalah kemampuan yang biasa dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan subyek yang dipelajari. Misalnya, seorang mahasiswa belajar akuntansi dengan harapan bahwa setelah belajar akuntansi dia bisa membuat laporan keuangan. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang ada hubungannya dengan bidang yang dipelajari. Bisa dikatakan bahwa hard skill bersifak kasat mata atau nyata.
SOFTSKILL
Sedangkan soft skill adalah sesuatu yang tak kasa mata/ imajiner/ abstrak. Tak seperti hard skill yang terukur dan bisa dipelajari, maka soft skill tidak dipelajari secara langsung baik di sekolah maupun universitas. Pengukurannyapun sulit. Bagaimana ukuran orang baik itu? Apa definisi orang jujur? Bagaimana cara mengetahui seseorang tersebut jujur ataukah tidak? Bagaimana cara membaca pikiran orang lain? Bagaimana cara menyenangkan orang lain? Apa yang harus dilakukan agar atasan simpati kepada kita? Bagaimana caranya agar kita bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan tentang kita? dan hal-hal lainnya yang sejenis.
Hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik. David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.
Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.
Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai masalah yang berkaitan dengan soft skill. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial atau ketika dia harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, maka soft skill menjadi semakin penting baginya.
Pada posisi ini dia akan dituntut untuk berinteraksi dan mengelola berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat itulah kecerdasan emosionalnya diuji. Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.
Selain memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang masing-masing, seorang lulusan perguruan tinggi dituntut untuk memiliki sikap dan perilaku tertentu sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuni. Di masa persaingan yang ketat saat ini, rasanya sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi bahwa hard skills dan soft skills harus seiring dan sejalan dalam pengembangannya di perguruan tinggi sebagai pencetak sumberdaya yang tangguh dan unggul.
Bila sejak awal mahasiswa dibekali dengan pengetahuan tentang soft skills yang cukup dan bahkan sudah terbiasa mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari maka peluang mereka untuk menjadi orang sukses di masyarakat akan semakin besar. Perlu banyak contoh yang mahasiswa lihat di lingkungan perguruan tinggi. Contoh ini mulai dari pimpinan perguruan tinggi, dosen dan para staf penunjang yang menjadi frontliners yang berhubungan langsung dengan mahasiswa. Jika mahasiswa terbiasa diperlakukan baik dan terhormat, lambat atau cepat mereka akan menjadi pelayan yang baik di masyarakat. Kemampuan yang memadai di bidang soft skill diharapkan membantu lulusan agar lebih cepat diserap oleh pasar kerja dengan kompensasi yang layak sesuai dengan bidang studinya.
Seperti yang dituangkan dalam buku pengembangan soft skill, bahwa pengembangan soft skills hanya efektif jika melalui penularan. Salah satunya dengan menjadikan dosen role model bagi mahasiswanya. Misalnya jika akan menegakkan disiplin mahasiswa, maka contoh baik dapat didemonstrasikan kepada mahasiswa oleh dosennya. Apabila dosen menginginkan mahasiswa datang tepat waktu, maka dosen harus duluan datang ke kelas. Apabila mahasiswa diminta untuk selalu menjaga kebersihan kelas, maka dosen harus mampu menghapus papan tulis setelah selesai kuliah.
Apabila dosen berjanji akan mengembalikan tugas dalam tiga minggu, maka jangan sampai mengembalikan 5 minggu kemudian. Role model dosen dapat diperlihatkan dengan saling edifikasi dengan teman sejawat di depan mahasiswa. Edifikasi berasal dari kata to edify yaitu memberikan penghargaan sekaligus proposi bagi teman sejawat. Saling menjelekkan antar dosen di depan mahasiswa patut dihindari. Jika dosen kalah dalam satu kompetisi, jangan sampai mahasiswa menjadi tumpahan keluhan rasa kekesalan dosen dengan menyalahkan orang lain.
CONTOH KASUS.(dalam sebuah perusahaan)
Awalnya, dia mengira akan ditahan oleh atasannya ketika ia ingin resign. Ya, sebenarnya dia tidak terlalu niat untuk resign selain hanya sebagai “gertakan” halus semata terhadap atasannya. Pengabdiannya selama belasan tahun dan performance nya yang menurut dia selalu baik tak menjadikan dia naik level. Hingga belasan tahun bekerja di perusahaan manufaktur tersebut jabatannya tetap sama, tidak berubah. Padahal teman-teman seangkatannya sudah menjadi manajer. Merasa kecewa dengan hal tersebut, dia berniat untuk “pura-pura” resign.
Harapannya adalah sang bos menghalangi dia untuk resign dan menawarkan jabatan baru yang lebih tinggi. Namun, ternyata apa yang ia bayangkan tak sesuai dengan kenyataan. Atasan malah menyetujui surat pengunduran dirinya tanpa basa basi.Kecewa tentu saja. Namun, beberapa kawan secara tidak sengaja membicarakan pegawai tersebut, bahwa mengapa dia tetap stagnan di satu posisi tersebut adalah karena dia kurang bisa membawa diri. Orangnya terlalu sok pintar dan sok tahu serta menganggap orang lain lebih rendah daripada dirinya. Ehm… sebuah permasalahan yang sangat sepele sebenarnya, tidak ada hubungannya dengan kemampuan intelektual bukan.
Lain lagi dengan Hendy. Sebenarnya dia tergolong biasa-biasa saja. Bisa dibilang, masih banyak teman-teman dia yang jauh lebih pintar dan cerdas daripada dia. Namun, kemampuan dia untuk membawa diri serta sikapnya yang baik mampu membawanya kepada puncak kesuksesan. Ketekunan dan kesungguhan dia mampu meluluhkan hati orang-orang di sekitarnya termasuk atasannya. Itu sebabnya ia dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Dari contoh kasus di atas kita bisa melihat bahwa hard skill saja tak cukup. Setiap orang memerlukan soft skill dan tidak hanya hard skill. Soft skill bisa mempengaruhi hard skill, sebaliknya terlalu berbangga diri dengan hard skill yang dimiliki akan membuat soft skill menurun karena dianggap tidak penting.
SOFTSKILL YANG DIBUTUHKAN OLEH SUATU PERUSAHAAN
Sepuluh Soft Skill Yang Dibutuhkan Perusahaan Secara Umum. Dalam rekrutmen karyawan perusahaan tidak hanaya memperhatikan CV atau sertifikat ketrampilan namun juga memberikan test atau simulasi untuk mengukur soft skill calon professional nya.Berikut nilai sikap kepribadian yang dibutuhkan perusahaan:
1. Keberanian Bertanggung Jawab
2. Jujur
3. Rasa Percaya Diri
4. Memiliki Motivasi dan Etos Kerja
5. Interpersonal skill
6 .Kemampuan bekerja sama
7. Visioner
8. Loyalitas
9. Kemampuan Memformulasikan Kalimat Dengan Baik.
10. Kemauan Belajar Tinggi
SUMBER :


1 komentar:

  1. Wah artikelnya bagus, membuka mata saya tentang dunia kerja, terima kasih dan sukses selalu

    BalasHapus