Kamis, 22 Desember 2011

manusia dan penderitaan

A. pengertian penderitaan
Penderitaan adalah sebuah kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapapun. Berbicara tentang penderitaan ternyata penderitaan tersebut berasal dari dalam dan luar diri manusia. Biasanya orang menyebut dengan factor internal dan faktor eksternal.
Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa dan karysa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan. Karena selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang, merasa bahagia.


B. siksaan
10 Jenis Siksaan yang Menimpa Wanita Penghuni Neraka
Inilah sepuluh jenis siksaan yang menimpa wanita yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika melalui peristiwa Isra dan Mikraj, inilah peristiwa yang membuat Rasulullah menangis setiap kali mengenangkannya.
Dalam perjalanan itu, antaranya Rasulullah SAW diperlihatkan (1) perempuan yang digantung dengan rambutnya, sementara itu otak di kepalanya mendidih. Mereka adalah perempuan yang tidak mau melindungi rambutnya agar tidak dilihat lelaki lain.
Siksaan lain yang diperlihatkan Rasulullah SAW ialah (2) perempuan yang digantung dengan lidahnya dan (3) tangannya dikeluarkan dari punggungnya dan (4) minyak panas dituangkan ke dalam kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang suka menyakiti hati suami dengan kata-katanya.
Rasulullah SAW juga melihat bagaimana (5) perempuan digantung buah dadanya dari arah punggung dan air pohon zakum dituang ke dalam kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang menyusui anak orang lain tanpa keizinan suaminya.
Ada pula (6) perempuan diikat dua kakinya serta dua tangannya sampai ke ubun dan dibelit beberapa ular dan kala jengking. Mereka adalah perempuan yang mampu sholat dan berpuasa tetapi tidak mau mengerjakannya, tidak berwudhu dan tidak mau mandi junub. Mereka sering keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya terlebih dulu dan tidak mandi yaitu tidak bersuci selepas habis haid dan nifas.
Selain itu, Rasulullah SAW melihat (7) perempuan yang makan daging tubuhnya sendiri sementara di bawahnya ada api yang menyala. Mereka adalah perempuan yang berhias untuk dilihat lelaki lain dan suka menceritakan aib orang lain.
Rasulullah SAW juga melihat (8) perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting neraka. Mereka adalah perempuan yang suka mencari perhatian orang lain agar melihat perhiasan dirinya.
Siksaan lain yang dilihat Rasulullah SAW ialah (9) perempuan yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya pula seperti keledai. Mereka adalah perempuan yang suka mengadu domba dan sangat suka berdusta.
Ada pula perempuan yang Rasulullah SAW lihat (10) bentuk rupanya seperti anjing dan beberapa ekor ular serta kala jengking masuk ke dalam mulutnya dan keluar melalui duburnya. Mereka adalah perempuan yang suka marah kepada suaminya dan memfitnah orang lain.
Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan wanita atau menempatkan wanita sebagai sumber dosa. Inilah keadaan seadanya yang sesuai riwayat yang ada.

C. Kekalutan mental
Penderitaan batin dalam ilmu Psikologi dikenal sebagai kekalutan mental (mental disorder). Menurut Dra. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi Seks, dirumuskan bahwa yang disebut kekalutan mental adalah sebagai berikut;
  1. Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh gangguan kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.
  2. Merupakan totalitas kesatuan ekspresi proses kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor kausatif sekunder lainnya (Patologi = Ilmu penyakit).


D. penderitaan dan perjuangan
Penderitaan memang selalu hadir dalam kehidupan kita, tidak berarti hidup adalah menderita / hidup adalah untuk penderitaan. namun "Hidup adalah Berjuang karena Hidup adalah Perjuangan". Jadi mau tidak mau kita selalu dituntut untuk terus berjuang dlam hal apapun. dan percayalah bahwa tidak ada sesuatu yang sia - sia. Setelah perjuangan terlaksana dan pasrah kepada Tuhan. maka dari itulah gunanya bersosialisasi, dengan bersosialisasi kita dapat saling membantu dalam susah maupun senang dengan sesama manusia dalam menyelesaikan masalah dan menyelesaikan penderitaan. namun jangan lupa disertai doa pula.
Manusia hanya merencanakan selebihnya adalah kehendak Tuhan.

 E. Penderitaan media massa dan seniman
Hubungan Antara Penderitaan, Media Masa dan Seniman
Dalam dunia yang sudah canggih ini kemungkinan terjadi penderitaan lebih besar. Hal ini telah terbukti oleh kemajuan teknologi atau sebagainya telah menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita. Misalnya pembuatan bom atom, reactor nuklir, pabrik senjata, peluru kendali, dan pabrik bahan kimia merupakan sumber terjadinya penderitaan. Hal ini sudah terjadi, seperti bom di Hiroshima dan Nagasaki.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia adalah kecelakaan, bencana alam, dan lain-lain. Contohnya, jatuhnya pesawat Hercules perwira muda di Condet.
Berita mengenai manusia silih berganti mengisi lembaran Koran, TV, radio, dengan maksud agar semua orang dapat mengetahui dan merasakan penderitaan manusia dari kejauhan. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa materi atau tenaga untuk meringankan penderitaan mereka.
Media massa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat dan tepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat
dengan cepat menilai dan menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi masyarakat yang merasa simpati. 
F. Penderitaan dan sebab-sebabnya 
Apabila kita kelompokkan berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dirinci sebagai berikut:
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
 Penderitaan ini disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya sendiri. Perbedaab nasib buruk dengan takdir adalah kalau takdir, Tuhan yang menentukan, kalau nasib buruk manusia lah penyebabnya sendiri.

G. pengaruh penderitaan 

 Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh dan sikap yang macam-macam dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif atau negative.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan. Karena penderitaan itu hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif  biasanya kreatif , tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya sikap anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa. Anti kekrasan, ia berjuang menentang kekerasan.

 



manusia dan keindahan

A.  Renungan
Kata-Kata Mutiara Untuk Renungan Hidup
Ada beberapa tingkatan kualitas manusia. Manusia bodoh, Manusia Pintar, Manusia Licik dan Manusia Beruntung. Manusia bodoh, dikalahkah manusia pintar. Manusia pintar sering kalah oleh manusia licik. Dan manusia licik tidak bisa mengalahkan manusia beruntung. Dengan kata lain, manusia beruntunglah termasuk manusia dengan kualitas yang tidak terkalahkan.
     
    hidup digambarkan seperti aliran air di sungai. Sebelah pinggir kali bernama kesenangan, sebelahnya lagi bernama kesedihan. Sebagaimana kehidupan yang sebenarnya, ada saatnya kita terhenti di pinggir kali kesenangan, ada kalanya terhenti di pinggir kali kesedihan. Apapun nama dan jenis pinggir kalinya, tidak perduli kita sedang senang atau sedih, sang hidup akan senantiasa berjalan. Sehingga, siapa saja yang memusatkan perhatian pada pemberhentian sementara di pinggir kali, ia pasti tidak puas. Sebab, pinggiran kali hanyalah bentuk lain dari kesementaraan. Keabadiaan, demikian keberuntungan-keberuntungan terakhir mengajarkan ke saya, ada dalam kenikmatan untuk mengalir dengan sang perubahan.

Dalam keheningan kesadaran seperti ini, saya (dan juga Anda ?) memang tidak pernah lahir dan tidak akan pernah mati. Yang mati dan lahir hanyalah tubuh. Dan diri ini yang terus mengalir tidak mengenal kamus kelahiran dan kematian. Sama dengan air yang mengalir di sungai, yang tidak hilang dibawa matahari, maupun tidak hilang ditelan bumi, ia menghadirkan gemercik-gemercik kegembiraan.
Banyak manuasia memang mendapat banyak dipuji dan dilayani. Dan saya paham, jabatan dan atribut-atribut sejenislah yang membuatnya demikian. Suatu saat ketika atribut itu tidak ada, bukan tidak mungkin makian dan kebencian yang datang. Dan ini juga ditujukan pada ketiadaan atribut. Dan manusia yang mengalir memang tidak pernah disentuh pujian dan makian. Jadi kenapa mesti tertawa ketika dipuja, dan kenapa juga mesti berhenti bernyanyi ketika dimaki ? Bukankah keduanya tidak ditujukan pada diri ini yang terus mengalir ?.
kenapa manusia bisa begitu berat dalam menjalani hidup dan kenapajuga dia bisa merasa terbang, Dalam bahasa yang lugas sekaligus cerdas, ada seorang yang mengaitkan kedua hukum fisika ini ke dalam dua hukum kehidupan: “Hate is under the law of gravity, love is under the law of levitation.”
Kebencian berkait erat dengan gravitasi karena mudah sekali membuat manusia hidup serba berat dan ditarik ke bawah. Cinta berkaitan dengan gerakan-gerakan ke atas. Karena hanya cinta yang membuat manusia ringan dan terbang ke atas. Sungguh sebuah bahan renungan kehidupan yang cerdas dan bernas.
Kembali ke soal hidup manusia yang serba berat, tidak ada manusia yang bebas sepenuhnya dari masalah. Bahkan ada yang menyederhanakan kehidupan dengan sebuah kata: penderitaan! Hanya saja kebencian berlebihan yang membuat semua ini menjadi semakin berat dan semakin berat lagi. Ada yang benci pada diri sendiri, ada yang membenci orang tua, suami, istri, teman, tetangga, atasan kerja, sampai dengan ada yang membenci Tuhan.
Kenapa kita harus benci, jika itu membuat dirikita terbebani kenapa kita tidak pasarh untuk mencintai, Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi timur yang amat susah untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Dainin Katagiri dalam Returning to Silence, menyebutkan: “The final goal is that we should not be obsessed with the result, whether good, bad or neutral.” Keseluruhan upaya untuk tidak terikat dengan hasil. Itulah keheningan. Sehingga yang tersisa persis seperti hukum alam: kerja, kerja dan kerja. Dalam kerja seperti ini, manusia seperti matahari. Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia terbit. Ada awan tidak ada awan, matahari tetap bersinar. Disukai atau dibenci, sore hari dimana pun ia akan terbenam.
Mirip dengan matahari yang tugasnya berbeda dengan awan dan bintang. Kita manusia juga serupa. Pengusaha bekerja di perusahaan. Penguasa bekerja di pemerintahan. Pekerja bekerja di tempat masing-masing. Penulis menulis. Pertapa bertapa. Pencinta yoga beryoga. Pengagum meditasi bermeditasi. Semuanya ada tempatnya masing-masing. Ada satu hal yang sama di antara mereka: “Menjadi semakin sempurna di jalan kerja”. Soal hasil, sudah ada kekuatan amat sempurna yang sudah mengaturnya. Keinginan apalagi kebencian, hanya akan membuatnya jadi berat dan terlempar ke bawah.


B.  Keserasian
Kehidupan serasi, selaras, dan seimbang akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila antara kita bersikap dan berprilaku sesuai dengan kodrat, harkat, dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Keserasian merupakan kondisi yang menggambarkan terpadunya unsure-unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama. Seperti kita ketahui, alam semesta terdiri atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Keserasian merupakan gambaran suasana yang tertib, teratur, aman, damai, dan tentram lahir batin. Baik dalam kehidupan secara individu, keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Keserasian terwujud apabila masing-masing individu dan lembaga-lembaga masyarakat menyadari serta melaksanakan tugas, fungsi, hak, dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. Baik serasi dalam beragama, berkebudayaan dan sebagainya



Sumber :