Pengertian Penyesuaian Diri
Apakah Penyesuaian diri itu?
Penyesuaian diri merupakan suatu
proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi
hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas
dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia
sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri
merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental
individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai
kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri,
baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada
umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan
depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan
kondisi yang penuh tekanan.
Konsep Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu
terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam
penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan
diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional
dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan
berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna
dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara
dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi,
dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun,
penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus
menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat
ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat
membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada
dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain.
Menurut
Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman
atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan,
menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
PENYEBAB STRESS
Keadaan atau situasi dan
peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan
tegang disebut sebagai stressor, berikut beberapa faktor penyebab stressor.
1. Faktor Biologis.
Faktor ini juga terbagi kedalam beberapa tipe :
·
Gen. Keadaan individu pada
masa konsepsi dipengaruhi oleh sikap dan perilaku Ibu. Bagaimana ibu
berperilaku ketika sedang hamil, dan asupan gizinya apakah sudah terpenuhi atau
malah defisiensi. Ketika seorang ibu stress, otomatis bayi yang dikandungnyapun
akan ikut stress pula. Dan kebanyakan hal ini tidak disadari oleh si Ibu
sehingga pada saat melahirkan Ibu malah menyalahkan proses persalinan ketika
anaknya cacat fisik atau cacat mental.
·
Penyakit. Karena mempunyai
penyakit langka, sulit disembuhkan bahkan tak ada obatnya, seseorang bisa saja
mengakhiri hidupnya pada tali gantungan atau meminum racun. Penyakit yang
membuat seseorang merasa tak berguna dan tak mungkin sembuh bisa menjadi sebuah
stressor.
·
Tidur. Obat capek yang paling
manjur adalah tidur. Ketika porsi tidur seseorang tidak terpenuhi, maka akan
terjadi tekanan dalam diri orang tersebut ditandai dengan sensitivitas yang
lebih tinggi dari biasa, pusing, sulit beradaftasi dengan lingkungan dan belum
menyadari dimana berada. Hal tersebut akan menimbulkan stress baik pada tingkat
ringan atau tinggi.
·
Postur tubuh. Kebanyakan,
stressor ini menyebabkan perempuan ingin melakukan apa saja untuk mendapatkan
postur tubuh yang diinginkan. Jika tidak terpenuhi, maka akan terjadi konflik
dan tegangan atau stress.
·
Kelelahan. Faktor ini tidak
dapat dipungkiri menjadi salah satu faktor penyebab stress yang paling utama.
Ketika seseorang merasa kelelahan, maka hal yang ingin segera dipenuhi adalah
beristirahat. Ketika keinginannya tidak terpenuhi maka akan terjadi tegangan
dan menimbulkan efek yang berbahaya.
2. Faktor Psikologis
·
Frustasi. Sudah sangat jelas
bahwasannya frustasi adalah penyebab seseorang mengalami stress. Ketika
seseorang kecewa dengan apa yang dia dapatkan, atau gagal dalam meraih apa yang
diinginkan maka banyak kemungkinan, orang itu akan mengalami frustasi.
Frustasi ditandai dengan menurunnya semangat hidup.
·
Perasaan dan Emosi. Marah, mudah
tersinggung, merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, sedih, merasa bersalah dan
lain-lain adalah contoh perasaan dan emosi yang dapat menimbulkan stress.
·
Pengalaman Hidup. Perpisahan
dengan orang yang dicintai adalah stressor dari psikologis yang paling banyak
mempengaruhi tingkat kesadaran sesorang. Segala hal yang terjadi dalam
kehidupan seseorang yang tidak sesuai dengan yang diinginkan biasanya akan
menimbulkan stress.
·
Keputusan Perilaku. Salah
mengambil keputusan membuat orang merasa takut dan tak mau lagi menjalani
hidupnya. Salah pengambilan keputusan ini menjadi salah satu faktor dari segi
psikologis yang dapat menyebabkan seseorang terkena stress.
·
Respon Perlawanan. Ketika
seseorang melawan hal yang terjadi namun dia tetap tidak merubah keadaan.
Disaat itu, seseorang akan merasa down dan tidak berguna. Stress akan datang
pada orang-orang seperti itu.
3. Faktor Sosial
·
Keluarga. Faktor yang
menyebabkan stress dari keluarga misalnya adalah terjadi kesalahan pada pola
asuh yang diberikan, broken home, keadaan sosial ekonomi yang tidak sesuai
harapan serta adanya tradisi juga filsafat keluarga yang dianggap tidak sejalan
dengan filsafat individu.
·
Lingkungan. Peristiwa alam
seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor secara langsung akan membuat
seseorang mempunyai tegangan tinggi dalam dirinya, apalagi orang tersebut
menjadi korban bencana tersebut. Gaya hidup yang modern juga membuat orang
mudah terkena stress.
·
Dunia Kerja. Tugas yang
menumpuk yang harus dikumpulkan besok, tugas yang jumlahnya sedikit namun
tingkat kesulitannya tinggi, kecelakaan dunia kerja serta kemonotonan pekerjaan
adalah stressor yang berasal dari dunia kerja yang mampu membuat orang
mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
Jenis
Stress
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan
jenis stres menjadi dua, yaitu:
1. Eustress,
yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil
dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif
(bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,
dan kematian.
Coping dan
stress
Umumnya coping strategi dapat didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi
kehidupannya dan coping dipandang sebagai suatu usaha untuk menguasai
situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut.
Namun ingat coping bukanlah suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi
yang menekan, karena tidak semua situasi tertekan dapat benar-benar dikuasai.
Kesimpulannya, strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk
menanggulangi situasi stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan
cara melakukan perubahan kogntif maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya sendiri,
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan
tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Menurut lazarus dan folkman, ada 2 jenis strategi coping, yaitu:
1. problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian
dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress,
dan dipaparkan para ahli bahwa aspek-aspek yang digunakan individu di bagi
menjadi lima, sebagai berikut:
a. Distancing , ini
adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar
dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti
menganggap remeh/lelucon suatu masalah .
b. Planful Problem Solving, atau
perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan
dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati,
bertahap dan analitis.
c. Positive Reapraisal, yaitu
usah untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan
stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
d. Self Control, merupakan
suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri,
mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil
tindakan.
e. Escape, usaha untuk
menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada
hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll
2. Emotion-Focused Coping, dimana
individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang penuh tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:
a. Self Control, merupakan
suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan
dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa
dalam mengambil tindakan.
b. Seeking Social
Support (For Emotional Reason),adalah suatu cara yang dilakukan individu
dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga
atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
c. Positive
Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah
dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan
positif dari sebuah masalah (hikmah),
d. Acceptance, berserah
diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah
beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
e. Denial
(avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha
menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut
untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup
kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang
menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat
tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu
kondisi atau masalah yang dialaminya.
Bersumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar