Minggu, 06 April 2014

psikometri

a.       Pengertian Psikoterapi
Dilihat secara etimologis, psikoterapi memiliki arti yang sederhana, yaitu ‘psyche’ yang artinya jelas, yaitu ‘mind’ atau sederhananya: jiwa dan ‘therapy’ dari bahasa Yunani yang berarti ‘merawat’ atau ‘mengasuh’, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan ‘psychotherapy’ tidak tercantum, tetapi ada ‘psychotherapeutic’ yang di artikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis. Dengan demikian psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.

Menurut Watson & Morse (1977), psikoterapi dirumuskan sebagai: bentuk
dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai karena ia mencari bantuan psikologik dan terapismenyusuk interaksi dengan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan menyendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya.

Perumusan lain diberikan oleh corsini (1989) yang mengatakan bahwa psikoterapi sulit dirumuskan secara tepat. Corsini merumuskan psikoterapi sebagai berikut: psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak  menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berpikir), fungsi afektif ( penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku.

b. Tujuan Psikoterapi
Tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991).
Menurut Ivey, et al (1987) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik adalah Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
Menurut Corey (1991) tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pengalaman intelektual.
Menurut Corey (1991) dan Ivey (1987) tujuan psikoterapi denagn pendekatan Kognitif-Behavioristik dan Rasional-Emotif adalah menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dab toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode yang lebih ilmiah atau objektif untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku dalam kehidupan selanjutnya.
Menurut Corey (1991) dan Ivey (1987) tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya menerima tanggung jawab daridorongan yang ad di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.

c. Unsur-Unsur Psikoterapi
Masserman (1984) melaporkan delapan ‘parameter pengaruh’ dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu :
1. Peran sosial (martabat)
2. Hubungan (persekutuan tarapeutik)
3. Hak
4. Retrospeksi
5. Reduksi
6. Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku berat
7. Resosialisasi,
8. Rekapitulasi

d. Perbedaan Psikoterapi dan Konseling.
Perbedaan Psikoterapi  dengan Konseling
Psikoterapi: Satu bentuk terapi psikologis. Tetapi pada segi lain, ia menunjuk pada sekelompok terapi psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis pada satu titik dan konseling pada titik lainnya. Dengan demikian, konseling merupakan salah-satu bentuk psikoterapi.
Konseling: Konseling merupakan salah-satu bentuk psikoterapi.
Fokus
Psikoterapi: Lebih berfokus pada konseren atau masalah penyembuhan-penyembuhan-penyesuaian-pengobatan.
Konseling: Lebih berfokus pada konseren, ikhwal, masalah, pengembangan-pendidikan-pencegahan.
Landasan
Psikoterapi: dijalankan berdasarkan ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi.
Konseling: Dijalankan atas dasar atau pandangan terhadap manusia.
Tujuan
Psikoterapi: Mengatasi kelemahan-kelemahan tertentu melalui beberapa cara praktis, mencakup pembedahan psikis dan pembedahan otak.
Konseling: Konselor, pada pihak lain, berurusan dengan identifikasi dan pengembangan kekuatan-kekuatan positif pada individu. Ini dilakukan dengan membantu klien untuk menjadi seorang yang berfungsi secara sempurna. Fully functioning person.

e. Pendekatan Psikoterapi terhadap Mental ILLNESS
Dalam ilmu psikologi, ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk terapi. Semua metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi dari berbagai penjuru dunia. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan, yaitu:
1. Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.

2. Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa “ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan”.

Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.

Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.

3. Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.

4. Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.

5. Integrative / Holistic Therapy
Yang sering saya temui adalah seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, saya menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien saya. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

f. Bentuk Utama dalam Terapi

1. Gestalt Therapy
Nama yang paling kuat terkait dengan terapi Gestalt adalah Frederick Perls (1893-1970). Perls adalah seorang dokter Jerman yang awalnya dilatih dalam psikoanalisis, tetapi ia menjadi semakin tertarik pada ide-ide fenomenologis dan eksistensial dan akhirnya mengembangkan terapi Gestalt sebagai campuran psikoanalisis, eksistensial, dan pengaruh lainnya (Greenberg & Rice, 1997).
Psikolog Gestalt keberatan untuk mempelajari unsur-unsur tertentu dalam persepsi dan pembelajaran, dengan alasan bahwa kita tidak mengalami dunia dalam fragmen yang terisolasi tetapi dalam konfigurasi bermakna (Hergenhahn, 1992). Studi psikolog Gestalt ‘persepsi dan pemecahan masalah menunjukkan bahwa kita cenderung untuk melihat pola, bukan rangsangan terisolasi, dan bahwa orang-orang dan hewan dapat memecahkan masalah dalam kilatan wawasan di mana kita tiba-tiba “melihat” solusi bukan oleh Leaming esensial-and-error yang membosankan.
Para psikolog Gestalt Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Max Wertheimer mengembangkan sistem mereka sebagai teori medan di mana struktur yang diciptakan oleh kimia otak memaksakan agar pada apa yang kita rasakan, sementara pada saat yang sama pola apa yang dirasakan secara bertahap dapat membentuk tata letak otak manusia (Hergenhahn, 1992).

2. Psikoterapi Humanistik
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.

3. Eksistensial Psychotherapies
Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern. Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak bergantung konseptual pada “repair model” (Walsh & McElwain.2002, p.272).

Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat pada terapi klien.

Daftar Pustaka:
Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Maulany, R.F. (1994). Buku Saku Psikoterapi: Residen Bagian Psikiatri UCLA. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mujib, A. (2002). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Corsini, Raymond. Wedding, Dany. 2010. Current Psychotherapies. Cengage Learning: California
McLeod, John. 2006. Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus. Kencana Media : Jakarta
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius